Film Laskar Pelangi adalah Film Penyemangat dan Motivasi

Film Laskar Pelangi : Film Penyemangat dan Motivasi - Film Laskar Pelangi merupakan film yang diangkat dari sebuah novel. Novel karya Andrea Hirata. Film ini tergolong film sukses. Film laskar pelangi merupakan film yang menceritakan anak-anak dari sebuah desa terpencil di daerah Sumatra, Belitung. Daerah yang kaya akan hasil tambang namun penduduk di sana malah banyak yang kurang makmur. Ini mungkin karena SDM (sumber daya masyarakat) yang kurang mampu mengikuti perkembangan daerahnya. Selain menceritakan daerah, film laskar pelangi juga mencerita anak-anak di pedalaman Belitung yang sangat semangat untuk belajar. Ya belajar, walau sekolahnya hampir roboh. SD Muhammadiyah.
Film Laskar Pelangi adalah Film Penyemangat dan Motivasi
Film Laskar Pelangi adalah Film Penyemangat dan Motivasi - Film Laskar Pelangi merupakan film yang diangkat dari sebuah novel. Novel karya Andrea Hirata. Film ini tergolong film sukses.

Film laskar pelangi merupakan film yang menceritakan anak-anak dari sebuah desa terpencil di daerah Sumatra, Belitung. Daerah yang kaya akan hasil tambang namun penduduk di sana malah banyak yang kurang makmur. Ini mungkin karena SDM (sumber daya masyarakat) yang kurang mampu mengikuti perkembangan daerahnya.

Selain menceritakan daerah, film laskar pelangi juga mencerita anak-anak di pedalaman Belitung yang sangat semangat untuk belajar. Ya belajar, walau sekolahnya hampir roboh. SD Muhammadiyah.

Mereka patut di acungi jempol. Walau belajar dengan banyak keterbatasan namun mereka tetap belajar, berpretasi pula. Ada anak yang bernama Lintang, dia merupakan akan nelayan pesisir, jarak antara sekolah dan rumahnya cukup jauh. Dia menggunakan sepeda ontel sederhana untuk mencapai sekolah. Orang tuanya tinggal ayahnya saja dan dia mempunyai adik yang masih kecil. Walau dari keluarga kurang mampu namun jangan salah, Lintang sangat jago matematika. Berhitung tanpa kalkulator. Jangankan kalkulator, seragam sekolah saja tidak punya, Lintang ke sekolah tanpa alas kaki, tanpa sepatu dan sandal.

Namun yang terjadi pada saat Lintang dan teman-temannya menang lomba, mengalahkan sekolah yang fasilitasnya serba cukup, sekolahnya anak orang mampu, orang tua Lintang yang tinggal ayahnya tidak pulang, meninggal saat bekerja di laut. Setelah itu Lintang memutuskan untuk berhenti sekolah, padahal dia sudah kelas 5 SD. Guru dan teman-temannya sangat sedih atas keputusan Lintang, ya bagaimana lagi Lintang harus berjuang membesarkan adik-adiknya yang masih kecil.

Begitulah kisah seorang anak dari pedalaman. Sebuah perjuangan. Dari film tersebut dapat kita ambil hikmah bahwa belajar yang serba kurang bukanlah penghalang untuk tidak belajar.

Zaman sekarang banyak anak yang mengeluh ketika belajar. Mengeluh karena ini itu. Namun ada pula yang sudah diberi kecukupan namun enggan untuk belajar. Sudah belajar di ruangan ber-AC, buku sudah ada, perpustakaan sudah ada, seragam ada, sepatu ada, dari keluarga yang mampu pula, namun masih saja tidak belajar dan tidak berpretasi. Lalu apa masalahnya ?

Coba ingat kembali seorang Lintang seorang SD yang harus mengayuh sepedanya, tanpa seragam, melewati hutan yang ada buaya namun tetap semangat belajar.

Jika belum pernah menonton film ini silakan lihat sendiri bagaimana seorang Lintang dan teman-temannya yang semangat belajar walau situasi dan kondisi yang kurang mendukung.