Ustad Maulana, Korban Keserakahan Media

Ustad Maulana, Korban Keserakahan Media - Saya kasihan kepada Ustad Maulana. Beliau adalah korban keserakahan media yang hanya berorientasi kepada rating dan jumlah iklan. Secara keilmuan, Maulana tidak punya kapasitas yang mumpuni untuk menjawab problematika umat yang serba kompleks. Tapi, yang namanya media, tidak peduli dengan kapasitas intelektual.
Ustad Maulana, Korban Keserakahan Media

Ustad Maulana, Korban Keserakahan Media - Saya kasihan kepada Ustad Maulana. Beliau adalah korban keserakahan media yang hanya berorientasi kepada rating dan jumlah iklan. Secara keilmuan, Maulana tidak punya kapasitas yang mumpuni untuk menjawab problematika umat yang serba kompleks. Tapi, yang namanya media, tidak peduli dengan kapasitas intelektual.



Media di Indonesia, khususnya televisi, menganut mazhab eye catching dan layak jual, dalam mengorbitkan seseorang. Media tidak peduli dengan visi pendidikan dari program-program yang ditayangkannya. Tayangan Indahnya Islam dengan guest star Ust. Maulana adalah tayangan yang disejajarkan dengan YKS atau program hiburan lainnya. Ini tidak bisa dilepaskan dari visi Televisi yang mengedepankan warna hiburan dari hampir semua tayangannya.


Kembali kepada ustad Maulana, beliau adalah orang yang polos, tidak memahami rintangan apa yang akan menghadangnya jika terus menuruti keinginan media yang menaunginya. Yang disayangkan, dengan kepolosannya itu, Maulana tidak berusaha membangun jejaring dengan para tokoh umat dan aktivis keislaman untuk menguatkan visi keislamannya.

Jawabannya tentang kepemimpinan--terlepas dari pro dan kontra---terkesan bukan murni dari pemahamannya terhadap masalah. Ironisnya, setelah ia terjebak oleh jawaban yang disampaikan, manajemen yang menaunginya seakan bersikap cuci tangan.

Dari kasus Maulana, kita bisa memahami bahwa menggeser substansi dakwah ke area hiburan dapat berakibat fatal.

Penulis : Ust. Abdi Kurnia Djohan / Muslimedianews.com