Kesaksian Prof Quraish Shihab Tentang Gus Dur - Dinasihatkan oleh Rasulullah SAW, kita berkumpul di suatu majlis
yg oleh agama dinamai majelis dzikir. Tidak kurang dari 200 kali,
kata-kata dzikir terulang di dalam Al-Quran. Objeknya bermacam-macam,
salah satu di antaranya adalah berdzikir, merenung, mengingat,
menyebut-nyebut tokoh-tokoh, lebih lebih yang memiliki jasa di dalam
masyarakat.
Rasulullah SAW pun memerintahkan kita dengan sabdanya: Udzkuru mahasina mautakum.. (Renung renungkanlah, ingat-ingatlah, sebut-sebutlah jasa-jasa, kebaikan-kebaikan orang-orang mati kamu).
Karena itu kita perlu garis bawahi, acara kita ini, acara haul ini,
adalah salah satu dari ajaran penting dalam agama Islam yang ditekankan
oleh Al-Quran dan Sunnah.
Kalau kita berbicara tentang Gus Dur, tidak mudah membicarakan tokoh
ini, karena tidak mudah menemukan kunci kepribadian Almarhum. Bahkan
bisa terkesan bahwa ada semacam kontradiksi dari sikap-sikap beliau.
Beliau itu serius, tetapi suka bercanda. Dalam hal-hal serius,
seringkali kita dengar Gus Dur berucap “Begiitu aja kok repot”. Serius
dan bercanda bertolak belakang, tetapi tidak harus dipertentangkan.
Gus Dur seorang yang sangat rasional, tetapi dalam saat yg sama,
beliau percaya supra rasional, yang terkadang bagi orang-orang yang
tidak mengerti, dinamai irrasional. Bertolak belakang. Gus Dur almarhum
seorang demokrat, senang bermusyawarah, tetapi dalam saat yang sama,
bisa terkesan, karena kuatnya kepribadian beliau dan kuatnya cara-cara
beliau untuk mempertahankan pendapatnya, terksean bahwa dia otoriter.
Gus Dur–Allahu yarham— seorang yg berpijak di bumi
indonesia, melihat jauh ke depan, tetapi dalam saat yang sama tidak
pernah tidak menoleh ke belakang.
Gus Dur bukan saja mengumandangkan dan mempraktekkan ungkapan yang dikenal oleh agamawan , dengan al muhafadzhotu alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah,
tetapi Gus Dur lebih dari itu. Bukan hanya sekedar “memelihara yg baik
dari masa lalu serta mengambil yg lebih baik dari masa kini,” beliau
bukan sekadar mengambil tetapi mempersembahkan sesuatu yang orisinil
baru dari Gus Dur.
Karena, dalam dua tanda petik, pertentangan-pertentangan ini, maka
sikap masyarakat terhadap Gus Dur juga berbeda. Ada yang sangat
mengagumi Gus Dur, tapi ada juga yang tidak faham tentang Gus Dur itu
mempersalahkan Gus Dur.
Dalam pandangan agamawan dan ilmuwan, kalau anda menemukan satu orang
yang sikap masyarakat kontradiktif terhadapnya, maka ketahuilah bahwa
yang bersangkutan adalah seorang yang genius.
Dan karena itu, agama mengingatkan agar yang terlalu senang jangan
melampaui batas dalam kesenangannya, dalam cintanya. Dan yang tidak
senang jangan melampaui batas dalam kebenciannya.
Rasul SAW bersabda, menyangkut Sayyidina Ali Karramallohu Wajhahu,
ada yang sangat-sangat mengagungkan beliau, melebihi kedudukan beliau.
Dan ada juga yg membenci beliau.
Rasul SAW bersabda, ya Aliy, yahliku fika alrajulan. Ada dua
kelompok manusia yang binasa menyangkut sikapnya terhadap engkau. Yang
pertama terlalu cinta kepadamu, dia binasa karena terlalu cinta melebihi
batas, dan yang kedua terlalu benci kepadamu..
Kita ingin menempatkan Gusdur pada tempatnya yang sebaik-baiknya.
Kita tidak ingin terjadi kecintaan kita mengantar kita kepada syirik.
Tapi dalam saat yang sama kita tidak ingin ketika kita tidak sependapat
dengan beliau menuduh beliau dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar.
Memang, kata para pakar, bisa jadi…bisa jadi..Kalau menurut ukuran
akal, itu mustahil, tetapi bila kita menggunakan hati, maka itu tidak
mustahil.
Seorang yang mencapai kedudukan akal yang sehat, tidak mungkin
baginya memadukan dua hal yang bertolak belakang. Tetapi seorang yang
mencapai puncak akal dan puncak kesucian jiwa, dia dapat mencapai dan
menggabung dua hal yang bertolak belakang.
Itu sebabnya, sejak dulu ada filosof-filosof yang berkata: sebenarnya
bisa jadi ada orang yang berjalan di sungai, tapi dalam saat yg sama
dia berhenti..
Al quran menyatakan: Wama romaita idz romaita walakinnalloha roma..”bukan engkau yg melempar pada saat engkau melempar, tapi Allah yg melempar. ” Dua hal yg bertolak belakang.
Karena itu ketika kita menemukan dalam ide-ide dalam
pemikiran-pemikiran Gus Dur, faham pluralisme sebenarnya itu lahir dari
pandangan akal yang digabung dengan pandangan hati yang suci.
Itu sebabnya sufi-sufi besar, yang sebahagian mereka disalahpahami
pendapat-pendapatnya itu berdendang, ada yg berkata: “Sekali engkau
melihat saya beribadah kepada Tuhan di masjid, dan di kali lain engkau
melihat saya di gereja. Sekali engkau saya puja, dan di kali lain,
engkau memuja saya. Sekali aku menyembah kepadamu, dan di kali lain
engkau menyembahku.” itu kata Ibnu Al ‘Arabi.
Hal yang bertentangan, tetapi sebenarnya bagi yang faham itu tidak harus dipertentangkan.
Gus Dur dengan faham pluralismenya ada yang salah faham. Padahal
kalau kita merujuk pada Al-Quran, kita merujuk pada Sunnah Nabi saw kita
menemukan itu sangat sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi.
Kalau kita baca surat perjanjian Nabi kepada kelompok Kristen Najran,
boleh jadi ada orang yang tidak percaya itu. Saudara tahu, antara lain
dikatakan disana, ” bahwa umat Islam harus membantu umat Kristen kapan
dan dimanapun, sehingga jika mereka membutuhkan dana untuk membangun
gereja-gereja mereka, hendaklah dia dibantu bukan sebagai hutang, tetapi
sebagai bantuan yg tulus.”
Itu perjanjian Nabi. Yang semacam itu yang difahami oleh Gus Dur.
Bagi orang yang tidak faham sejarah, dia katakan, oh ini melanggar.
Karena itu sangat wajar jika kita kembali kepada fikiran-fikiran Gus
Dur. Sangat wajar apabila kita teruskan fikiran-fikiran beliau, apalagi
dewasa ini.
Gus Dur berpijak masa kini, tetapi menoleh ke belakang. Sekaligus
memandang jauh ke depan. Terkadang pikiran-fikiran beliau melampaui
masanya, sehingga nanti setelah beliau pergi, masa berubah, baru orang
sadar, oh itu dulu Gus Dur benar ketika itu.
Disitulah Gus Dur bagaikan mendendangkan syair yang menyatakan :
Sayadzkuruni qaumi idza jadda jidduhum wafil lailati dzulma’i yuftaqadul badru (umatku/kaumku akan mengingat-ingat saya pada saat krisis mereka, dan memang purnama dicari-cari waktu gelapnya malam).
Allah yarham Gus Dur. Semoga Allah menempatkan beliau di tempat yg sebaik-baiknya ”
Wassalaamu ’alaikum warahmatulloh wabarakatuh
Post Scriptum: Pidato ini disampaikan oleh Prof. Dr. Quraish Shihab saat 1000 Hari Wafatnya Gus Dur tahun 2012 di Ciganjur.