Dilarang Merokok - Di pesantren Cak Jahlun ada peraturan
bahwa semua santri dilarang keras merokok. Dan Bapak Kiai tidak
segan-segan memberikan takzir (hukuman) berat pada santri yang ketahuan
melanggar aturan tersebut. Namun tentu saja masih ada santri nakal yang
nekat melakukan pelanggaran. Bahkan, sering beberapa santri yang tidak
tahan ingin merokok mencari-cari kesempatan di malam hari, pada saat
gelap di sudut-sudut asrama atau di gang-gang kecil, dan di tempat
jemuran pakaian bahkan di pekarangan sang Kiai. Ada juga yang tidak
jijik merokok di dalam WC sambil pura-pura sedang BAB.
Salah satu santri yang nakal tersebut
adalah Cak Jahlun. Satu hari, saat malam telah larut, Cak Jahlun ingin
kembali melakukan aksi terlarangnya. Walaupun ia tidak punya rokok untuk
dihisap ia yakin pasti ada teman-temannya yang sekarang sedang merokok
di tempat rahasianya. Dengan nekad, ia pun bergegas ke kebun belimbing,
di belakang salah satu gedung pesantren itu. Benar seperti firasat Cak
Jahlun, dari kejauhan terlihat setitik api dari sebatang rokok yang
sedang dihisap seseorang. Cak Jahlun lalu mendekati orang tersebut.
Suasana yang jauh dari lampu penerangan membuat tempat itu memang agak
gelap dan aman untuk merokok.
“Cak, join rokoknya ya?,” kata Cak
Jahlun sambil menyodorkan jari tengah dan telunjuknya ke orang tersebut.
Orang yang dimaksud langsung menyerahkan sebatang rokok yang baru
dinyalakannya. Cak Jahlun yang memang sudah kebelet ingin merokok
tersebut tanpa memperhatikan temannya itu langsung buru-buru mengisap
rokok.
“Alhamdulillah, asyik Cak,” katanya. Diteruskan dengan isapan kedua, sambil memejamkan mata seakan menghayati isapan rokoknya.
Semakin dihisap rokok semakin menyala,
dan dengan bantuan nyala rokok itu lama-kelamaan Cak Jahlun mulai sadar
dengan siapa sebenarnya ia saat itu. Namun Cak Jahlun belum yakin betul
dan diteruskan dengan isapan selanjutnya. Isapan yang dalam sehingga
membuat rokok itu semakin menyala terang. Dan…
Ternyata… yang dia mintai rokok adalah Kiainya sendiri.
Sang Kiai pun berteriak, “Hei rokok saya jangan dibawa, itu tinggal satu-satunya, Cak…”
Sumber : TebuIreng.Online