Dekan Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya Agus Zainal Arifin
menyatakan, laju perkembangan dunia teknologi makin hari semakin cepat.
Untuk mempermudah dalam mempelajarai kitab kuning, para santri di
pesantren dituntut untuk mengenal dan menguasai teknologi.
“Mari jadikan teknologi ini sebagai wasilah (perantara) untuk mencapai ghoyah (tujuan) dalam memahami kitab kuning,” demikian dikatakan Agus Zainal Arifin saat mengisi materi workshop "Peningkatan Mutu Teknologi dan Peningkatan Penguasaan Kitab Kuning Melalui
Aplikasi Berbasis Internet", yang diadakan Badan Eksekutif Mahasantri
(BEM) Ma’had Aly Attarmasi, Pesantren Tremas Pacitan, Ahad (1/4).
Agus
yang menjabat Wakil Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (PP
RMI NU) itu mengatakan, dewasa ini modal untuk mempelajari kitab kuning
sebagai literatur dan referensi Islam tidak cukup hanya dengan
menggunakan ilmu alat saja, seperti nahwu dan sharaf. Namun harus
dipadukan dengan teknologi. Teknologi, menurutnya mempunyai arti yang
sangat luas.
“Kehadiran teknologi bukan
bermaksud menggantikan posisi kiai dan kitab kuning, bukan. Justru
teknologi hadir untuk mempermudah para kiai dan santri dalam mempelajari
kitab kuning,” jelas doktor lulusan Hiroshima University, Jepang itu.
Ia
menambahkan, pesantren tidak boleh menjadi bagian dari komunitas yang
tertinggal dalam pengusaan teknologi. Di lingkungan pesantren, antara
penguasaan kitab kuning dan teknologi harus berimbang. Apalagi dengan
tibanya era digital, maka semua sudah didigitalkan termasuk kitab
kuning. Saat ini aplikasi kitab kuning yang berbasis android sudah
banyak beredar, para santri didorong untuk dapat memanfaatkanya.
“Monggo (silahkan)
software- software kitab kuning, yang berbasis android kita download.
Untuk mempermudah kita dalam belajar, untuk mencari takbir bahtsul
masail dan lain-lain,” katanya.
Agus pun
mendorong para santri di pesantren untuk tekun belajar dan lebih kreatif
lagi. Kedepan para santri tidak boleh hanya menjadi penikmat aplikasi
berbasis android, namun harus mampu menciptakan sendiri
aplikasi-aplikasi kitab kuning berbasis android tersebut.
Sementara
itu, Direktur Ma’had Aly Attarmasi KH Luqman Harits mengajak kepada
para santri untuk lebih meningkatkan penguasaan kitab kuning. Sebab
kitab kuning merupakan literatur warisan para ulama pendahulu dan
merupakan kebanggan para santri di pesantren.
“Oleh karena itu, kita tidak boleh lemah dalam menguasai kitab kuning,” harapnya. (Zaenal Faizin/Zunus)
nu or id